Thursday, November 28, 2013

Pria Tuntut Mantan Istri karena Diam-Diam Beli Saham Twitter

Bayangkan ini: seorang pria tinggal di rumahnya di New York City untuk mengawasi anak kembarnya sementara istrinya mengunjungi saudaranya di San Francisco. Enam bulan kemudian, mereka bercerai.

Mereka berdua memiliki penghasilan $43.000 (sekitar Rp507,9 juta) per tahun saat mereka bercerai, dan sebagian dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk tunjangan anak.

Beberapa tahun kemudian, suaminya yang sedang berselancar di internet menemukan akun LinkedIn mantan istrinya dan, secara mengejutkan, laman itu mencantumkan bahwa dia merupakan salah satu investor awal di Twitter, yang membuat banyak orang menjadi miliarder saat situs jejaring sosial itu terdaftar di bursa saham pada 7 November.    

Hah? Kapan dia berinvestasi di Twitter? Ah jadi itu hasil dia ke San Francisco.

Ya, itulah yang dialami Stuart Strumwasser. Menurut The New York Post, dia menuntut mantan istrinya, Jennifer Johnson, dengan mengklaim bahwa mantan istrinya diam-diam menginvestasikan antara $10.000 hingga $50.000 (sekitar Rp118,1 juta hingga Rp590,6 juta) di situs raksasa jejaring sosial media itu, sebuah investasi yang sekarang bernilai miliaran.   

Berikut kutipan The Post: 
“Johnson diam-diam pergi ke San Francisco untuk bertemu dengann mantan suami pertamanya,” menurut tuduhan Strumwasser seperti tercantum dalam dokumen Manhattan Supreme Court. 
“Dia juga bertemu dengan salah satu atau lebih pendiri Twitter,” menurut dokumen pengadilan tersebut.Suami pertama Johnson, Gregg Kidd, merupakan mantan kolega dari salah satu pendiri Twitter yaitu Jack Dorsey.
Sementara itu, Strumwasser, yang tinggal di Carroll Gardens, “berada di rumah mengawasi anak mereka, dan pihak-pihak tersebut bertindak sebagai “tim pernikahan” sehingga Johnson bisa melakukan perjalanan tersebut.“Tanpa sepengetahuan Strumwasser, Johnson mengadakan pertemuan bisnis dengan satu atau lebih pendiri Twitter.”
Tuduhan investasi tersebut tidak pernah disebutkan dalam sidang perceraian mereka pada 2007, tahun ketika Twitter mulai menarik perhatian.
Menurut The Post, dalam tuntutan tersebut Strumwasser (47) mengklaim kelalaian tersebut sebagai penipuan, karena dana investasi tersebut seharusnya dianggap sebagai bagian dari harta pernikahan mereka.
Dia mengklaim investasi mantan istrinya tersebut saat ini bernilai antara $10 juta hingga $50 juta (sekitar Rp118,1 miliar hingga Rp590,6 miliar). Dia menuntut kompensasi senilai $120.000 (sekitar Rp1,41 miliar) dalam bentuk tunjangan anak dan 30 persen dari saham Twitter (yang dimiliki Johnson).

Apakah tuntutan yang dilayangkan Strumwasser ini cukup kuat?

Itu bergantung pada asal uang yang digunakan Johnson untuk melakukan pembelian yang dituduhkan tersebut.

“Anggapannya adalah bahwa semua properti yang dibeli atas nama salah satu pihak selama pernikahan dan menjelang dimulainya setiap proses untuk mengakhiri pernikahan adalah subyek properti pernikahan untuk pembagian dan distribusi (yang merata),” tutur pengacara perceraian di New York City Paul Rudder kepada Yahoo News.

“Namun, jika dalam kasus ini menyebutkan bahwa istri tersebut membeli saham atas namanya sendiri dan menggunakan dana di akun miliknya secara terpisah serta dana tersebut merupakan miliknya sebelum pernikahannya maka argumen mantan istri bahwa sahamnya merupakan harta miliknya secara terpisah bisa dibenarkan. Pihak yang mengklaim bahwa aset yang diperoleh selama penikahan adalah harta terpisah memikul beban pembuktian.”  

Michelle Rozen, seorang mediator perceraian di New York City, menjelaskan bahwa hal itu merupakan tanggung jawab kedua belah pihak untuk saling mengungkapkan, apa yang mereka miliki dan apa utang mereka. Jika Johnson tidak dapat mengungkapkan investasi di Twitter yang dia lakukan selama pernikahannya kepada Strumwasser, maka dia berpotensi mendapat gugatan hukum, ujar Rozen. 

 “Tidak menyatakan aset yang diperoleh saat pernikahan, menyebabkan pemilik aset itu terancam menerima gugatan hukum di waktu mendatang,” seperti dijelaskan Rozen. “Itu hal yang sangat berbahaya untuk dilakukan.” 
Saat dihubungi The Post, Johnson dikabarkan menyebut Strumwasser “gila” dan mengatakan tuduhan tersebut “sangat konyol.”

 “Itu benar-benar merupakan serangan bersifat pribadi yang saya alami berulang-ulang kali selama perceraian kami,” ujar Strumwasser kepada The Post.

No comments:

Post a Comment